PARADASE.id - 23 desa masuk program kampung iklim. Di Desa Tuana Tuha, kecamatan Kenohan misalnya. Hutan seluas 5.000 hektare, masuk dalam program dunia untuk penurunan emisi karbon.
Kepdes Tuana Tuha Tommy menerangkan, dengan masuknya Desa Tuana Tuha itu, menjadikan pemerintah desa, mendapatkan izin pengelolaan di hutan yang memiliki tanaman gambut.
“Kalau di wilayah lain kan cuma hutan. Kalau kita, hutan ada gambutnya. Kita mendapatkan SK Kementerian Kehutanan, untuk pengelolaan hutan 25-30 tahun,” ujar Tommy.
Pemerintah desa membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). “Tempo hari, kita dapatkan SK dari Kementerian,” tambah Tommy.
“Ada pendampingan dari NGO (Non Government Organization), kira-kira apa uang mau dilakukan di hutan itu. Pendampingan diberikan kepada LPHD, kira-kira apa yang mau dikembangkan nantinya? Itu yang mereka (NGO) bantu,” jelas Tommy.
Bank Dunia pun turut memberikan pendampingan, membawa donatur dari pemerintah Norwegia, yang komitmen terhadap penurunan emisi.
“Sementara, pendampingan masih sosialisasi kepada LPHD itu. Misalnya, kedepan mau budidaya ikan misalnya. Nanti, tim pendampingan menyampaikan kepada instansi atau pihak terkait,” terang Tommy.
Masih disampaikan Tommy, program kampung iklim plus itu, sejatinya berbarengan dengan ditemukannya tanaman kratom yang tumbuh liar. “Jadi, ya itu, warga pun jadi berpikir kalau bakar lahan. Posisi tumbuh kratom ada di dalam hutan, dan itu cukup membantu ekonomi masyarakat,” papar Tommy.
Tommy memastikan, komitmen masyarakat menjaga hutan, diserahkan ke LPHD. “Sementara, dari 5 negara yang akan berkunjung ke desa kami, baru Norwegia yang datang,” sebutnya lagi.
“Nanti, akan ada reward dari Bank Dunia, dan tentu akan kembali ke masyarakat desa, atas komitmen masyarakat desa menjaga hutannya,” demikian Tommy. (*)
Penulis : Witri Muna
Editor : Umil Surya
Sumber Borneo24