Diam Mama
Oleh: Inui Nurhikmah* Bagaimana asal mulanya, tak seorang pun tahu.Tidak Anton, tidak Sri, tidak juga Bapak. Mendadak saja Mama diam....
CERITA : Oleh Indrayani Indra Ruangan supermarket itu luasnya setengah lapangan sepak bola bagai yang terletak dua blok dari flat mereka. Ketika memasu...
Oleh : Indrayani Indra Sinar matahari dhuha mengganggu mataku. Kuningnya menyilaukan. Pendarnya mengulik dari balik jendela kaca, menembus langsung ke ...
Cerita oleh : Indrayani Indra Bulir-bulir padi berwarna emas. Batangnya bergerak disepoi angin dan sinar matahari pukul sepuluh. Semakin padat isinya s...
Bangunan kampus itu tetap sama seperti saat ia ada di sana, empat pilar utama berwarna hijau pupus menyangga gedung bagian depan dengan dinding berwarna putih s...
Oleh: Indrayani Indra Penampakkan wajah perempuan paro baya itu lebih banyak merupa kerut cemberut. Jika dia melayani pembeli, selain menanyakan berapa...
Konon, jelang regangnya antara nyawa dan raga. Seseorang datang menggoda. Menggoda sekuat tenaga dengan aneka cara. Trik yang diumpankan sampai memiripkan dirin...
Pekarangan gedung sekolah sudah ramai dengan anak-anak bermain sepak bola ketika penilik sekolah tiba. Ia mengenakan kemeja biru langit bergaris dipadu celana k...
Dari lantai ruang griya tawang, pemandangan di luar jendela kaca membentang leluasa. Saat itu seorang pelukis memindahkan potongan senja ke kanvasnya dengan lat...
Sayapnya mengembang. Kepala menukik ke bawah permukaan air dan “cup”, paruhnya memangsa seekor ikan mas sekira setengah kilogram. Dari sebuah rakit ...
Malam melintas seperti biasa, saat perjalanannya menuju subuh suasana ruang tengah penuh oleh kepanikan ibu dan kedua kakaknya. Nabila terbangun karena suara ga...
Kota tempat alamat aku lahir itu lebih dari lima dasa warsa ku tinggalkan. Mukim di luar daerah, meskipun masih satu daratan dan bisa dijangkau menggunakan kend...
SORE hari sehabis diguyur hujan, latar diri merapi melaharkan wibawa. Guratan cokelat tanah yang menyela hijau dari pucuk hingga perut gunung mengulum decak. Ja...
SINAR pagi yang menenangkan belum muncul ketika aku menggeret motor, berjalan agak memiring, melalui teras samping mepet dinding. Lebar jalur keluar meraih pint...
TERCEKAT lalu senyap. Dalam kegelapan, setiap orang di antara mereka bertiga menjadi hipersensitif terhadap diri sendiri. Semua kejadian dengan alasan. Karena s...
Sebuah rumah tinggal asal belum dilahap api walaupun berlumut dan bagian kayu dinding dan lantainya sudah lapuk dimakan usia dan tiangnya juga ruyung dan pagar ...
DUA minggu ini selalu teriakan Alpiansyah yang memekak telinga melalui alat pengeras suara musholla. Alpian lagi. Lagi-lagi Alpian. “Blas. Tidak ...
Kafe dengan penerangan sedang itu buka lebih awal dari biasanya. Letaknya yang agak sedikit masuk dari jalan raya, tepatnya berada pada jalan lapis kedua dengan...
Sebuah balapan liar mengamuk dan membenturkan satu kepala ke pucuk median jalan di atas akar tiang listrik. Darah tertuang dari leher yang patah dengan luka men...
Pusara masih basah. Raganya rekat di mata. Tanah di atas makam yang memendam jasad ibunya belum rapat. Mata-mata sedih karena mencintainya belum sembuh dari sem...
MALAM itu lelaki yang -meminta diriku kepada ayahku tujuh tahun lalu, yang kemudian mengucapkan akad di depan penghulu dan membawa ke kota ini- pulang menyeret ...